Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Monday, February 25, 2013

arsitek Ir. Thomas Karsten (1884-1945) adalah salah satu orang yang berjasa dalam memperindah kota Solo

Bisa dibilang, arsitek Ir. Thomas Karsten (1884-1945) adalah salah satu orang yang berjasa dalam memperindah kota Solo lewat bangunan-bangunan yang ia rancang. Sebut saja bangunan Pasar Gede yang ia rancang di tahun 1929. Selain itu ia juga merancang gapura Mangkunegaran, villapark Banjarsari, stasiun Solo Balapan, masjid Wustho Mangkunegaran, hingga kawasan lingkar Manahan.

Meski keturunan Belanda, dia laksana inlander (pribumi). Karsten, sebagai seorang arsitek Kota Solo cukup piawai memadukan unsur Barat dan Jawa dalam karya-karyanya. Keinginannya, dalam setiap membangun, suatu bangunan harus ada keserasian dan kenyamanan antara pengguna, lingkungan sekitar, dan indera mata ketika memandang. Kesewenang-wenangan arsitektur gaya Belanda ia tanggalkan, yang mana pada masa itu kebanyakan para arsitek Belanda hanya ingin memindahkan gaya arsitektur Belanda ke tanah jajahannya, tanpa ingin memadukan dengan unsur lokal.

Selamat siang, selamat melanjutkan aktivitas. #SoloSemangat

| Arie Kurniawan | Ref: arsitek-anda.com | Foto: thomaskarsten-documentary.blogspot.com |

Sekelumit Sejarah Kota Solo


Sekelumit Sejarah Kota Solo

Setelah mengalami kerusakan yang cukup parah akibat perang antara Pakubuwana II dengan Sunan Kuning (1742), Keraton Kartasura melalui Pakubuwana II memerintahkan Tumenggung Honggowongso, Adipati Pringgoloyo, Adipati Sindurejo, Tumenggung Mangkuyudo, Tumenggung Pusponegoro, Ngabei Yosodipuro, Mayoor Hogengdarp, yang kemudian ditambah dengan Pangeran Wijil, Tumenggung Tirtiwigunio, Kyai Kalifah Buyut, dan Penggulu Fekih Ibrahim, untuk mencari tempat yang akan dijadikan sebagai pusat pemeritahan kerajaan yang baru.

Setelah melakukan pengembaraan ke berbagai tempat, para narapraja tersebut akhirnya menemukan tiga tempat atau desa, yaitu desa Kadipala, desa Sala, dan desa Sana Sewu, yang bisa dijadikan sebagai pusat pemerintahan baru. Setelah melakukan perundingan, akhirnya dipilihlah desa Sala yang terletak sekitar 10 km sebelah timur Kartosuro untuk diajukan kepada Sunan PB II sebagai pusat keraton Mataram yang baru.

Baginda menyetujui usulan tersebut, yang kemudian oleh Sri Baginda Sunan Pakubuwana II diberi nama Surakarta Hadiningrat. Pada hari Rabu tanggal 17 Syura 1670 atau 17 Februari 1745, pindahlah Baginda Sunan Pakubuwana II dari Kartasura ke Surakarta Hadiningrat. Perpindahan ini dilaksanakan dengan kirab secara besar-besaran. Maka sejak saat itu ibu kota kerajaan Mataram pindah dari Kartasura ke Surakarta Hadiningrat. Peristiwa inilah yang kemudian dijadikan sebagai dasar hari lahir Kota Solo.

*Silakan dikoreksi bila ada kekeliruan

| Arie Kurniawan | Ref: sejarah.kompasiana.com | Image: indonesia-permai.blogspot.com |

Bengawan Solo dahulu awalnya bermuara di Pantai Selatan


Tahukah Panjenengan bahwa Bengawan Solo dahulu awalnya bermuara di Pantai Selatan?

Sungai Bengawan Solo yang kita kenal saat ini memang bermuara di Gresik yang merupakan pantai utara Jawa. Tapi dahulu sungai ini mengalir ke selatan dan bermuara di Samudera Hindia. Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia adalah penyebabnya. Tabrakan lempeng Indo-Aus dan lempeng Eurasia menyebabkan pantai selatan Jawa akhirnya terdongkrak ke atas. Sehingga lambat laun aliran sungai Bengawan Solo terganggu. Sampai akhirnya, air pun sangat sulit untuk mengalir ke selatan dan mencari jalur rendah ke arah utara seperti Bengawan Solo saat ini.

Selamat siang Sedherek, selamat menjalankan kembali aktivitas Panjengan siang ini.

| Arie Kurniawan | Ref & foto: ghalghalblog.wordpress.com |
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls